Rabu, 02 Januari 2013

METODE PENILAIAN



Pengertian Metode Penilaian
Metode berasal dari bahasa yunani “methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi Metode menurut para ahli:
1.    Rothwell & Kazanas
Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
2.   Titus
Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
3.    Macquarie
Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu
4.    Wiradi
Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis)
5.    Drs. Agus M. Hardjana
Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.
 Dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan, Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. , sehingga metode penilaian adalah cara melakukan rencana  pelaksanaan dalam pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.


A.    Metode Tes
1.   Pengertian Tes
a.       Menurut Cronbach (dalam Koyan,2007), tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan perilaku beberapa orang.
b.      Menurut Fernandez (dalam Koyan,2007), tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk mengamati perilaku seseorang dan menggambarkannya dengan bantuan skala numerik atau sistem kategori tertentu.
c.       Gronlund dan Linn (dalam Koyan,2007), tes adalah suatu instrument atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu perilaku tertentu.
d.      Salvia dan Ysseldyke (dalam Koyan,2007), tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas-tugas untuk menentukan bentuk-bentuk respon yang berkenaan dengan perilaku peserta didik yang dicari.
e.      Nitko (dalam Koyan,2007), mengatakan tes adalah instrument atau prosedur yang sistematis untuk mengobservasi dan menggambarkan satu atau lebih ciri-ciri peserta didik dengan menggunakan skala numerik atau klasifikasi tertentu.
f.        Tes adalah suatu alat yang sudah distandardisasikan untuk mengukur salah satu sifat, kecakapan atau tingkah laku dengan cara mengukur sesuai dengan sampel dari sifat, kecakapan atau tingkah laku (Siti Rahayu Haditono, 1987:56)
g.       Tes adalah suatu metode atau alat untuk mengadakan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan atau tugas-tugas yang lain dimana persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan itu telah dipilih dengan seksama dan telah distandardisasikan (Bimo Walgito, 1987:87).
Jadi tes adalah suatu instrument atau alat yang terencana dan sistematis yang berisi seperangkat pertanyaan atau tugas untuk mengukur suatu perilaku tertentu peserta didik dengan menggunakan bantuan skala numerik atau kategori tertentu.


2.      Jenis-jenis Tes
Berbicara mengenai tes yang dapat dipergunakan di sekolah ada banyak jenis tes baik dipergunakan di sekolah dasar, sekolah lanjutan maupun di perguruan tinggi. Ada beberapa jenis tes yang bisa dipergunakan untuk ketiga jenjang tersebut, namun ada juga beberapa jenis tes yang hany dapat dipergunakan untuk jenjang tertentu. Oemar Hamalik (1989) menyebutkan beberapa jenis tes yang biasa di gunakan di sekolah dasar, sekolah lanjutan, dan perguruan tinggi. Tes yang digunakan di sekolah dasar :
a.    Tes Membaca
Di Sekolah Dasar, tes membaca memperoleh tempat paling utama karena kecakapan membaca (reading skill) mempunyai peran kunci untuk memperoleh segala macam pengetahuan, meskipun alat dan sumber belajar yang dapat digunakan peserta didik semakin beraneka ragam (televisi, radio, situs sejarah, dsb) namun buku dan berbagai macam sumber bacaan lainnya tetap menempati prioritas tertinggi di dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan. Bahwa membaca semakin baik untuk memahami berbagai sumber bacaan semakin diperlukan ketika orang menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Hal ini penting mungkin untuk mengidentifikasi kemampuan membaca peserta didik.
b.   Tes Bakat Akademik Kelompok
Tes jenis ini digunakan untuk membantu menafsirkan hasil tes membaca dan aspek prestasi akademik lainnya. Sesuai dengan namanya tes ini dipersiapkan secara kelompok.
c.    Tes Keterampilan Dasar
Agar memberikan hasil yang optimal, tes jenis ini sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan tes bakat akademik. Sebaiknya tes ini dilakukan setiap tahun, namun jika dengan pertimbangan tertentu hanya dapat dilakukan sekali dalam setahun, maka sebaiknya diberikan kepada peserta didik yang duduk di kelas tiga atau kelas empat. Sehingga hasil tes tersebut bisa dijadikan dasar untuk merencanakan program pengajaran individual yang memerlukan pengajaran remedial.
d.   Tes Kesiapan Membaca
Pada saat mengajar di sekolah dasar biasanya memerlukan paduan terutama ketika hendak membentuk kelompok belajar membaca dan menilai kemajuan siswa. Kesiapan membaca ini merupakan bagian dari panduan tersebut.
e.    Tes Intelegensi Individual
Untuk mengetahui kecakapan intelektual secara umum seringkali dilakukan dengan melakukan tes kelompok. Tidak jarang hasil tes kecakapan intelektual yang dilakukan secara individual juga diperlukan, terutama jika ada peserta didik yang mengalami permasalahan terkait dengan kesulitan belajar atau hal-hal psikologis. Karena kesulitan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik sifatnya sangat pribadi, maka tes intelegensi individual menjadi sebuah pilihan yang tepat.
f.    Tes Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran
Kebanyakan dari tes jenis ini dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum sekolah, sehingga tes ini mendapat tempat yang pertama di  antara berbagai jenis tes yang ada dan digunakan di sekolah-sekolah, tes prestasi ini masih memiliki sejumlah keterbatasan khususnya terkait dengan kegunaanya untuk membantu guru membuat keputusan instruksional dalam menilai kurikulum sekolah. Karena itu penggunaan tes-tes lainnya sangat dianjurkan untuk melengkapi penggunaan tes hasil belajar ini.
g.   Jenis Pengukuran Lainnya
Tes diagnostic dan tes klitis adalah dua jenis alat pengukuran lain yang digunakan sebagai pelengkap. Dua jenis tes ini terutama digunakan untuk mempelajari peserta didik secara individual. Sebenarnya masih ada jenis tes lain yang kadang-kadang juga digunakan di sekolah, yaitu tes kepribadian, namun tes ini kurang memperoleh perhatian karena validitas informasi yang diperoleh bersifat semu dan guru mengalami kesulitan dalam mengajukan pertanyaan inventori.

Selanjutnya Tes Untuk Sekolah Lanjutan
      Di sekolah lanjutan ada sejumlah tes yang digunakan untuk membantu para peserta didik membuat berbagai macam keputusan terkait dengan pemilihan jurusan, program studi yang akan ditempuh, dan perencanaan studi. Tes-tes tersebut adalah tes bakat skolastik, tes membaca, tes bakat khusus, tes hasil belajar, pengukuran minat, tes prognostic, dan inventori kepribadian dan penyesuain diri.
      Tes bakat skolastik diberikan untuk mendapatkan deskripsi menyeluruh mengenai kemampuan individu peserta didik, baik secara verbal maupun non verbal. Dari hasil yang diperoleh dari tes ini guru dapat memutuskan kurikulum mana yang akan ditempuh oleh individu peserta didik.
      Tes prognostic digunakan untuk memprediksi seberapa jauh seorang peserta didik bisa berhasil di dalam studi. Namun tes ini jarang dipergunakan karena beberapa pertimbangan antara lain sulitnya memastikan keberhasilan seorang dan ada banyak data yang bisa digunakan untuk menentukan kesuksesan seorang.
Inventori kepribadian dan penyesuain dari digunakan untuk kepentingan bimbingan dan penyuluhan individu siswa tertentu.

3.      Fungsi Tes
Pada waktu penyusunan tes, maka fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal, yaitu:
a.    Fungsi untuk kelas
1)   Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa.
2)   Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian.
3)   Menaikkan tingkat prestasi.
4)   Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok.
5)   Merencanakan kegiatan atau proses belajar-mengajar untuk siswa secara perseorangan.
6)   Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus.
7)   Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.
b.    Fungsi untuk bimbingan
1)   Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak mereka.
2)   Membantu siswa dalam menentukan pilihan.
3)   Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
4)   Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam memahami kesulitan anak.
c.    Fungsi untuk administrasi
1)   Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa.
2)   Penempatan siswa baru.
3)   Membantu siswa memilih kelompok.
4)   Menilai kurikulum.
5)   Memperluas hubungan masyarakat (public relation).
6)   Menyediakan informasi untuk badan-badan lain diluar sekolah.

4.      Langkah-Langkah Menyusun Tes
Urutan langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan tes adalah:
a.    Menentukan tujuan mengadakan tes.
b.    Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
c.    Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
d.   Menderetkan semua tujuan instruksional khusus dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku yang terkandung dalam tujuan instruksional khusus. Tabel ini digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki.
e.    Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur.
f.     Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas tujuan instruksional khusus yang sudah dituliskan pada tabel tujuan instruksional khusus dan aspek tingkah laku yang dicakup.



5.      Komponen-Komponen Tes
Komponen-komponen sebuah tes terdiri atas:
a.    Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus dikerjakan oleh siswa.
b.    Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh tester untuk testee untuk mengerjakan tes. Untuk soal pilihan ganda biasanya dibuatkan lembaran nomor huruf a, b, c, d menurut banyaknya alternative yang disediakan.
c.    Kunci jawaban tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata atau kalimat. Untuk tes uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat untuk memberikan ancar-ancar jawaban
Ide dari pembuatan kunci jawaban ini adalah agar:
1)   Pemerikasaan tes dapat dilakukan oleh orang lain.
2)   Pemeriksaannya betul.
3)   Dilakukan dengan mudah.
4)   Sedikitnya mungkin masuknya unsur subjektif.
d.   Pedoman penilaian berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan.


B. Metode Observasi
1.      Pengertian Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Banyaknya periode observasi yang perlu dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada jenis data yang dikumpulkan. Apabila observasi itu akan dilakukan pada sejumlah orang, dan hasil observasi itu akan digunakan untuk mengadakan perbandingan antar orang-orang tersebut, maka hendaknya observasi terhadap masing-masing orang dilakukan dalam situasi yang relatif sama.
Sebelum observasi itu dilaksanakan, pengobservasi (observer) hendaknya telah menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek apayang akan diobservasi dari tingkah laku seseorang. Aspek-aspek tersebut hendaknya telah dirumuskan secara operasional, sehingga tingkah laku yang akan dicatat nanti dalam observasi hanyalah apa-apa yang telah dirumuskan tersebut.

2.      Tujuan Observasi
a.    Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
b.    Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill).
c.    Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya.

3.    Jenis-jenis Observasi
a.    Observasi terfokus
Dalam hal ini tidak ada kategori-kategori yang harus diikuti. Misalnya saja mengamati seorang anak secara individu, atau interaksi anak di dalam kelompok. Memang banyak sekali kejadian di dalam kelas yang membuat guru harus benar-benar selektif terkait dengan apa yang harus dicatat. Pada dasarnya observasi dalam hal ini bisa dikelompokkan menjadi dua: observasi yang terencana dan yang spontan. Observasi yang terencana harus difokuskan pada aspek pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apa aspek yang akan dijadikan fokus, Anda sebagai guru bisa bertanya pada diri sendiri. Apa yang ingin saya ketahui tentang proses belajar siswa? Apa saja yang ingin diketahui para stakeholder? Kurikulum bisa dijadikan dasar untuk memilih sejumlah kata kunci yang dapat dijadikan fokus observasi. Untuk pengajaran bahasa, misalnya salah satu tujuan pembelajaran adalah siswa bisa membaca secara mandiri dengan memilih beberapa strategi dan proses yang tepat. Dalam hal ini guru menggunakan mandiri sebagai kata kunci yang menjadi fokus observasinya.
b.    Observasi Terbuka
Banyak upaya untuk melakukan observasi di kelas termasuk dalam jenis ini. Observasi ini memberi kesempatan untuk melihat dan mengamati apa yang sedang terjadi. Contoh observasi terbuka adalah manakala seorang guru mengamati bagaimana anak-anak berpindah-pindah mengelilingi ruangan, bagaimana mereka menggunakan berbagai fasilitas yang ada, apa yang menyebabkan kesulitan bagi mereka dan mengganggu kelancaran belajar mereka. Kemudian guru tersebut membuat sebuah diagram skala dari ruang beserta perabotannya, dan bersama anak-anak membuat model penataan alternatif atau layout yang memungkinkan, sambil mencoba beberapa kemungkinan. Selanjutnya guru memusatkan perhatiannya pada beberapa efek dari sejumlah perubahan yang dilakukannya, termasuk keberhasilan dia melibatkan anak-anak dalam observasi tersebut. Ternyata hal tersebut memberi mereka banyak informasi. Dalam kesempatan ini kita akan mempelajari beberapa prosedur mengumpulkan bukti (evidence) dalam proses asesmen yang dapat digunakan untuk menentukan sejauh mana siswa dapat memperoleh nilai (value) dari proses pendidikan yang mereka terima. Masing-masing prosedur sifatnya eksploratif dan harus dimodifikasi agar sesuai dengan konteks.

c.    Merekam Anekdot
Observasi kelas merupakan sumber informasi yang penting di dalam evaluasi. Agar mudah mengamati dan mencatat apa yang terjadi di dalam kelas guru bisa menggunakan selembar kertas yang cukup lebar dan selanjutnya menuliskan nama-nama siwa yang diletakkan dalam kotak-kotak yang telah dibuat sebelumnya. Lembar observasi seperti itu memiliki sejumlah kelebihan, antara lain membantu guru untuk mengetahui apakah yang terjadi di kelas untuk masing-masing siswa sudah tercatat dengan baik. Dengan demikian kotak yang berisi nama-nama siswa bisa terus diisi dengan catatan baru dan guru pun bisa membagi perhatiannya pada kotak-kotak yang belum terisi secara optimal yang berarti ada aspek-aspek dari kegiatan siswa tertentu yang belum tercatat. Selain itu, ruangan tempat mencatat  yang terbatas harus menjadi pertimbangan sehingga catatan yang sifatnya ringkas dan teratur lebih diutamakan.
d.   Berdasarkan situasi yang diobservasi
1.    Observasi terhadap situasi bebas (free situasion), observasi yang dilakukan terhadap situasi yang terjadi secara wajar, tanpa adanya campur tangan dari pengobservasi. Misalnya observasi yang dilakukan terhadap siswa-siswa yang sedang bermain secara bebas.
2.    Observasi terhadap situasi yang dimanipulasikan (manipulated situasion), yaitu situasi yang telah dirancang oleh pengobservasi dengan menambahkan satu atau lebih variabel. Misalnya seorang pengobservasi ingin mengetahui sifat kepemimpinan sekelompok siswa.
3.    Observasi terhadap situasi yang setengah terkontrol (partially controlled), jenis observasi ini adalah merupakan kombinasi dari kedua jenis observasi situasi bebas dan situasi yang dimanipulasikan.
e.    Berdasarkan keterlibatan pengobservasi
1.    Observasi partisipan
Observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat (guru), dimana pengamat ikut terlibat dalam kegiatan subyek yang sedang diobservasi. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya berpura-pura. Dengan demikian, ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati. Misalnya seorang guru bidang studi ingin mengetahui bagaimana antusias siswa-siswanya terhadap mata pelajaran yang diberikan.
2.    Observasi sistematik
Observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan orbservasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini, pengamat berada di luar kelompok. Dengan demikian maka pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkari dirinya. Misalnya seorang petugas bimbingan ingin mengetahui bagaimana antusias siswa terhadap bimbingan karir.
3.    Observasi eksperimental.
Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi. Misalnya guru ingin mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam melaksanakan suatu tugas kelompok.
f.       Berdasarkan pencatatan hasil-hasil observasi
1.    Observasi berstruktur, aspek-aspek tingkah laku yang akan diobservasi telah dimuat dalam suatu daftar yang telah disusun secara sistematis. Bentuk catatan yang sistematis yaitu daftar chek (chek list), adalah suatu daftar yang memuat catatan tentang sejumlah tingkah laku yang akan diobservasi. Skala bertingkat (rating scale), adalah gejala-gejala yang akan diobservasi itu didalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Kelemahan dari observasi berstruktur ini adalah bahwa pengobservasi sangat terikat dengan daftar yang telah tersusun sehingga ia tidak mungkin mengembangkan observasinya dengan aspek-aspek lain yang kebetulan terjadi selama observasi berlangsung. Untuk mengatasi kelemahan ini, dapat ditempuh dengan cara kombinasi, yaitu menggunakan suatu daftar yang terperinci tentang tingkah laku yang diobservasi, yang dilengkapi dengan blanko untuk mencatat tingkah laku tertentu yang muncul, yang belum terekam dalam daftar.
2.    Observasi tak berstruktur, dalam melaksanakan observasi ini pengobservasi tidak menyediakan daftar terlebih dahulu tentang aspek-aspek yang akan diobservasi. Dalam hal ini pengobservasi mencatat semua tingkah laku yang dianggap penting dalam suatu periode observasi.

4.    Kelebihan dan Kekurangan Observasi
1.      Kelebihan Observasi
a.    Merupakan alat yang langsung untuk menyelidiki bermacam-macam gejala.
b.   Untuk subjek yang diselidiki observasi ini lebih sedikit tuntutannya.
c.    Memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya sesuatu gejala.
d.   Tidak bergantung kepada self-report.
e.    Banyak kejadian-kejadian penting tidak dapat diperoleh dengan pengamatan langsung.
2.      Kekurangan Observasi
a.     Banyak kejadian-kejadian yang tidak dapat dicapai dengan observasi langsung seperti misalnya kehidupan pribadi seseorang yang sangat rahasia.
b.    Mengetahui jika diselidiki, para observe mungkin juga untuk maksud-maksud tertentu dengan sengaja menimbulkan kesan yang menyenangkan atau sebaliknya pada observer.
c.     Timbulnya suatu kejadian tidak selalu dapat diramalkan sehingga observer dapat hadir untuk mengobservasi kejadian itu.
d.    Tugas observasi menjadi terganggu pada waktu-waktu ada peristiwa-peristiwa yang tidak terduga-duga, seperti misalnya keadaan cuaca.
e.     Terbatasi oleh lamanya kelangsungan kejadian yang bersangkutan.
5.    Prinsip-prinsip Observasi
Untuk memperoleh hasil yang baik, seseorang yang hendak melakukan pengamatan sebaiknya memerhatikan prinsip-prinsip pengamatan sebagai berikut.
a.    Pengamatan sebagai suatu cara pengumpulan data harus dilakukan secara cermat, jujur, dan objektif serta terfokus pada objek yang diteliti.
b.    Dalam menentukan objek yang hendak diamati, seorang pengamat harus mengingat bahwa makin banyak objek yang diamati, makin sulit pengamatan dilakukan dan makin tidak teliti hasilnya.
c.    Sebelum pengamatan dilaksanakan, pengamat sebaiknya menentukan cara dan prosedur pengamatan.
d.   Agar pengamatan lancar, pengamat perlu memahami apa yang hendak dicatat serta bagaimana membuat catatan atas hasil pengamatan yang terkumpul.

6.    Instrumen yang Digunakan dalam Melakukan Observasi
Instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, yaitu checklist, rating scale, anecdotal record, catatan berkala, dan mechanical device.
a.    Check list, merupakan suatu daftar yang berisikan nama-nama responden dan faktor- faktor yang akan diamati.
b.    Rating scale, merupakan instrumen untuk mencatat gejala menurut tingkatan- tingkatannya.
c.    Anecdotal record, merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh responden.
d.   Mechanical device, merupakan alat mekanik yang digunakan untuk memotret peristiwa- peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh responden.

1 komentar:

habibehkadlec mengatakan...

Harrah's Reno - Hotel, Casino & Spa, Reno - Mandiri
The Harrah's Reno Casino and 제주도 출장샵 Spa 상주 출장샵 is a 보령 출장샵 premier destination for entertainment and relaxation. Enjoy 오산 출장마사지 a variety of recreational 포천 출장안마 amenities including a casino, a seasonal

Template by : kendhin x-template.blogspot.com