Pengertian Metode
Penilaian
Metode
berasal dari bahasa yunani “methodos” yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara
kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Berikut ini adalah pengertian dan
definisi Metode menurut para ahli:
1. Rothwell
& Kazanas
Metode
adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
2. Titus
Metode adalah rangkaian cara dan
langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
3. Macquarie
Metode
adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana
tertentu
4. Wiradi
Metode
adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara
sistematis (urutannya logis)
5. Drs.
Agus M. Hardjana
Metode
adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara
melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan, Penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar
peserta didik. , sehingga metode penilaian adalah cara melakukan rencana pelaksanaan dalam pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
A.
Metode
Tes
1.
Pengertian Tes
a. Menurut
Cronbach (dalam Koyan,2007), tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk
membandingkan perilaku beberapa orang.
b. Menurut
Fernandez (dalam Koyan,2007), tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk
mengamati perilaku seseorang dan menggambarkannya dengan bantuan skala numerik
atau sistem kategori tertentu.
c. Gronlund
dan Linn (dalam Koyan,2007), tes adalah suatu instrument atau prosedur yang
sistematis untuk mengukur suatu perilaku tertentu.
d. Salvia
dan Ysseldyke (dalam Koyan,2007), tes adalah seperangkat pertanyaan atau
tugas-tugas untuk menentukan bentuk-bentuk respon yang berkenaan dengan
perilaku peserta didik yang dicari.
e. Nitko
(dalam Koyan,2007), mengatakan tes adalah instrument atau prosedur yang
sistematis untuk mengobservasi dan menggambarkan satu atau lebih ciri-ciri
peserta didik dengan menggunakan skala numerik atau klasifikasi tertentu.
f.
Tes
adalah suatu alat yang sudah distandardisasikan untuk mengukur salah satu
sifat, kecakapan atau tingkah laku dengan cara mengukur sesuai dengan sampel
dari sifat, kecakapan atau tingkah laku (Siti Rahayu Haditono, 1987:56)
g. Tes adalah suatu metode atau alat
untuk mengadakan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan atau
tugas-tugas yang lain dimana persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan itu
telah dipilih dengan seksama dan telah distandardisasikan (Bimo Walgito,
1987:87).
Jadi tes adalah suatu instrument atau alat yang
terencana dan sistematis yang berisi seperangkat pertanyaan atau tugas untuk
mengukur suatu perilaku tertentu peserta didik dengan menggunakan bantuan skala
numerik atau kategori tertentu.
2. Jenis-jenis Tes
Berbicara
mengenai tes yang dapat dipergunakan di sekolah ada banyak jenis tes baik
dipergunakan di sekolah dasar, sekolah lanjutan maupun di perguruan tinggi. Ada
beberapa jenis tes yang bisa dipergunakan untuk ketiga jenjang tersebut, namun
ada juga beberapa jenis tes yang hany dapat dipergunakan untuk jenjang
tertentu. Oemar Hamalik (1989) menyebutkan beberapa jenis tes yang biasa di
gunakan di sekolah dasar, sekolah lanjutan, dan perguruan tinggi. Tes yang
digunakan di sekolah dasar :
a. Tes
Membaca
Di Sekolah Dasar, tes
membaca memperoleh tempat paling utama karena kecakapan membaca (reading skill)
mempunyai peran kunci untuk memperoleh segala macam pengetahuan, meskipun alat
dan sumber belajar yang dapat digunakan peserta didik semakin beraneka ragam
(televisi, radio, situs sejarah, dsb) namun buku dan berbagai macam sumber
bacaan lainnya tetap menempati prioritas tertinggi di dalam upaya mengembangkan
ilmu pengetahuan. Bahwa membaca semakin baik untuk memahami berbagai sumber
bacaan semakin diperlukan ketika orang menempuh pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi. Hal ini penting mungkin untuk mengidentifikasi kemampuan membaca
peserta didik.
b. Tes
Bakat Akademik Kelompok
Tes jenis ini digunakan
untuk membantu menafsirkan hasil tes membaca dan aspek prestasi akademik
lainnya. Sesuai dengan namanya tes ini dipersiapkan secara kelompok.
c. Tes
Keterampilan Dasar
Agar memberikan hasil
yang optimal, tes jenis ini sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan tes bakat
akademik. Sebaiknya tes ini dilakukan setiap tahun, namun jika dengan
pertimbangan tertentu hanya dapat dilakukan sekali dalam setahun, maka
sebaiknya diberikan kepada peserta didik yang duduk di kelas tiga atau kelas
empat. Sehingga hasil tes tersebut bisa dijadikan dasar untuk merencanakan
program pengajaran individual yang memerlukan pengajaran remedial.
d. Tes
Kesiapan Membaca
Pada saat mengajar di
sekolah dasar biasanya memerlukan paduan terutama ketika hendak membentuk
kelompok belajar membaca dan menilai kemajuan siswa. Kesiapan membaca ini
merupakan bagian dari panduan tersebut.
e. Tes
Intelegensi Individual
Untuk mengetahui
kecakapan intelektual secara umum seringkali dilakukan dengan melakukan tes
kelompok. Tidak jarang hasil tes kecakapan intelektual yang dilakukan secara
individual juga diperlukan, terutama jika ada peserta didik yang mengalami
permasalahan terkait dengan kesulitan belajar atau hal-hal psikologis. Karena
kesulitan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik sifatnya sangat pribadi,
maka tes intelegensi individual menjadi sebuah pilihan yang tepat.
f. Tes
Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran
Kebanyakan dari tes
jenis ini dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum sekolah, sehingga tes ini
mendapat tempat yang pertama di antara
berbagai jenis tes yang ada dan digunakan di sekolah-sekolah, tes prestasi ini
masih memiliki sejumlah keterbatasan khususnya terkait dengan kegunaanya untuk
membantu guru membuat keputusan instruksional dalam menilai kurikulum sekolah.
Karena itu penggunaan tes-tes lainnya sangat dianjurkan untuk melengkapi
penggunaan tes hasil belajar ini.
g. Jenis
Pengukuran Lainnya
Tes diagnostic dan tes
klitis adalah dua jenis alat pengukuran lain yang digunakan sebagai pelengkap.
Dua jenis tes ini terutama digunakan untuk mempelajari peserta didik secara
individual. Sebenarnya masih ada jenis tes lain yang kadang-kadang juga
digunakan di sekolah, yaitu tes kepribadian, namun tes ini kurang memperoleh
perhatian karena validitas informasi yang diperoleh bersifat semu dan guru
mengalami kesulitan dalam mengajukan pertanyaan inventori.
Selanjutnya
Tes Untuk Sekolah Lanjutan
Di sekolah lanjutan ada sejumlah tes yang digunakan untuk
membantu para peserta didik membuat berbagai macam keputusan terkait dengan
pemilihan jurusan, program studi yang akan ditempuh, dan perencanaan studi.
Tes-tes tersebut adalah tes bakat skolastik, tes membaca, tes bakat khusus, tes
hasil belajar, pengukuran minat, tes prognostic, dan inventori kepribadian dan
penyesuain diri.
Tes bakat skolastik diberikan untuk mendapatkan deskripsi
menyeluruh mengenai kemampuan individu peserta didik, baik secara verbal maupun
non verbal. Dari hasil yang diperoleh dari tes ini guru dapat memutuskan
kurikulum mana yang akan ditempuh oleh individu peserta didik.
Tes prognostic digunakan untuk memprediksi seberapa jauh
seorang peserta didik bisa berhasil di dalam studi. Namun tes ini jarang
dipergunakan karena beberapa pertimbangan antara lain sulitnya memastikan
keberhasilan seorang dan ada banyak data yang bisa digunakan untuk menentukan
kesuksesan seorang.
Inventori
kepribadian dan penyesuain dari digunakan untuk kepentingan bimbingan dan
penyuluhan individu siswa tertentu.
3. Fungsi Tes
Pada
waktu penyusunan tes, maka fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal, yaitu:
a. Fungsi
untuk kelas
1) Mengadakan
diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa.
2) Mengevaluasi
celah antara bakat dengan pencapaian.
3) Menaikkan
tingkat prestasi.
4) Mengelompokkan
siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok.
5) Merencanakan
kegiatan atau proses belajar-mengajar untuk siswa secara perseorangan.
6) Menentukan
siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus.
7) Menentukan
tingkat pencapaian untuk setiap anak.
b. Fungsi
untuk bimbingan
1) Menentukan
arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak mereka.
2) Membantu
siswa dalam menentukan pilihan.
3) Membantu
siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
4) Memberi
kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam memahami kesulitan
anak.
c. Fungsi
untuk administrasi
1) Memberi
petunjuk dalam mengelompokkan siswa.
2) Penempatan
siswa baru.
3) Membantu
siswa memilih kelompok.
4) Menilai
kurikulum.
5) Memperluas
hubungan masyarakat (public relation).
6) Menyediakan
informasi untuk badan-badan lain diluar sekolah.
4. Langkah-Langkah Menyusun Tes
Urutan langkah-langkah yang
dilakukan dalam penyusunan tes adalah:
a. Menentukan
tujuan mengadakan tes.
b. Mengadakan
pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
c. Merumuskan
tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
d. Menderetkan
semua tujuan instruksional khusus dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek
tingkah laku yang terkandung dalam tujuan instruksional khusus. Tabel ini
digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki.
e. Menyusun
tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur.
f. Menuliskan
butir-butir soal, didasarkan atas tujuan instruksional khusus yang sudah
dituliskan pada tabel tujuan instruksional khusus dan aspek tingkah laku yang
dicakup.
5. Komponen-Komponen Tes
Komponen-komponen sebuah tes
terdiri atas:
a. Buku
tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus
dikerjakan oleh siswa.
b. Lembar
jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh tester untuk testee untuk
mengerjakan tes. Untuk soal pilihan ganda biasanya dibuatkan lembaran nomor
huruf a, b, c, d menurut banyaknya alternative yang disediakan.
c. Kunci
jawaban tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat
berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata atau kalimat. Untuk tes uraian
yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat untuk memberikan
ancar-ancar jawaban
Ide dari pembuatan kunci jawaban
ini adalah agar:
1) Pemerikasaan
tes dapat dilakukan oleh orang lain.
2) Pemeriksaannya
betul.
3) Dilakukan
dengan mudah.
4) Sedikitnya
mungkin masuknya unsur subjektif.
d. Pedoman
penilaian berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang diberikan
kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan.
B.
Metode Observasi
1.
Pengertian
Observasi
Observasi adalah suatu
cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu
obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis
tentang hal-hal tertentu yang diamati. Banyaknya periode observasi yang perlu
dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada
jenis data yang dikumpulkan. Apabila observasi itu
akan dilakukan pada sejumlah orang, dan hasil observasi itu akan digunakan untuk mengadakan perbandingan
antar orang-orang tersebut, maka hendaknya observasi terhadap
masing-masing orang dilakukan dalam situasi yang relatif sama.
Sebelum observasi itu
dilaksanakan, pengobservasi (observer) hendaknya telah menetapkan terlebih
dahulu aspek-aspek apayang akan diobservasi dari tingkah laku seseorang.
Aspek-aspek tersebut hendaknya telah dirumuskan secara operasional, sehingga
tingkah laku yang akan dicatat nanti dalam observasi hanyalah apa-apa yang
telah dirumuskan tersebut.
2.
Tujuan
Observasi
a. Mengumpulkan
data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun
tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
b. Mengukur
perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara
peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama
kecakapan sosial (social skill).
c. Menilai
tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun
situasi yang sengaja dibuat.
Dalam evaluasi
pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar
peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan
lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan
guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial
sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial
lainnya.
3.
Jenis-jenis
Observasi
a. Observasi
terfokus
Dalam hal ini tidak ada
kategori-kategori yang harus diikuti. Misalnya saja mengamati seorang anak
secara individu, atau interaksi anak di dalam kelompok. Memang banyak sekali
kejadian di dalam kelas yang membuat guru harus benar-benar selektif terkait
dengan apa yang harus dicatat. Pada dasarnya observasi dalam hal ini bisa
dikelompokkan menjadi dua: observasi yang terencana dan yang spontan. Observasi
yang terencana harus difokuskan pada aspek pembelajaran yang telah ditentukan
sebelumnya. Apa aspek yang akan dijadikan fokus, Anda sebagai guru bisa
bertanya pada diri sendiri. Apa yang ingin saya ketahui tentang proses belajar
siswa? Apa saja yang ingin diketahui para stakeholder? Kurikulum bisa dijadikan
dasar untuk memilih sejumlah kata kunci yang dapat dijadikan fokus observasi.
Untuk pengajaran bahasa, misalnya salah satu tujuan pembelajaran adalah siswa
bisa membaca secara mandiri dengan memilih beberapa strategi dan proses yang
tepat. Dalam hal ini guru menggunakan mandiri sebagai kata kunci yang menjadi
fokus observasinya.
b. Observasi
Terbuka
Banyak upaya untuk melakukan
observasi di kelas termasuk dalam jenis ini. Observasi ini memberi kesempatan
untuk melihat dan mengamati apa yang sedang terjadi. Contoh observasi terbuka
adalah manakala seorang guru mengamati bagaimana anak-anak berpindah-pindah
mengelilingi ruangan, bagaimana mereka menggunakan berbagai fasilitas yang ada,
apa yang menyebabkan kesulitan bagi mereka dan mengganggu kelancaran belajar
mereka. Kemudian guru tersebut membuat sebuah diagram skala dari ruang beserta
perabotannya, dan bersama anak-anak membuat model penataan alternatif atau
layout yang memungkinkan, sambil mencoba beberapa kemungkinan. Selanjutnya guru
memusatkan perhatiannya pada beberapa efek dari sejumlah perubahan yang
dilakukannya, termasuk keberhasilan dia melibatkan anak-anak dalam observasi
tersebut. Ternyata hal tersebut memberi mereka banyak informasi. Dalam
kesempatan ini kita akan mempelajari beberapa prosedur mengumpulkan bukti
(evidence) dalam proses asesmen yang dapat digunakan untuk menentukan sejauh
mana siswa dapat memperoleh nilai (value) dari proses pendidikan yang mereka
terima. Masing-masing prosedur sifatnya eksploratif dan harus dimodifikasi agar
sesuai dengan konteks.
c. Merekam
Anekdot
Observasi kelas merupakan sumber
informasi yang penting di dalam evaluasi. Agar mudah mengamati dan mencatat apa
yang terjadi di dalam kelas guru bisa menggunakan selembar kertas yang cukup
lebar dan selanjutnya menuliskan nama-nama siwa yang diletakkan dalam
kotak-kotak yang telah dibuat sebelumnya. Lembar observasi seperti itu memiliki
sejumlah kelebihan, antara lain membantu guru untuk mengetahui apakah yang
terjadi di kelas untuk masing-masing siswa sudah tercatat dengan baik. Dengan
demikian kotak yang berisi nama-nama siswa bisa terus diisi dengan catatan baru
dan guru pun bisa membagi perhatiannya pada kotak-kotak yang belum terisi
secara optimal yang berarti ada aspek-aspek dari kegiatan siswa tertentu yang
belum tercatat. Selain itu, ruangan tempat mencatat yang terbatas harus menjadi pertimbangan
sehingga catatan yang sifatnya ringkas dan teratur lebih diutamakan.
d. Berdasarkan
situasi yang diobservasi
1. Observasi
terhadap situasi bebas (free situasion), observasi yang dilakukan terhadap
situasi yang terjadi secara wajar, tanpa adanya campur tangan dari
pengobservasi. Misalnya observasi yang dilakukan terhadap siswa-siswa yang
sedang bermain secara bebas.
2. Observasi
terhadap situasi yang dimanipulasikan (manipulated situasion), yaitu situasi
yang telah dirancang oleh pengobservasi dengan menambahkan satu atau lebih
variabel. Misalnya seorang pengobservasi ingin mengetahui sifat kepemimpinan
sekelompok siswa.
3. Observasi
terhadap situasi yang setengah terkontrol (partially controlled), jenis
observasi ini adalah merupakan kombinasi dari kedua jenis observasi situasi
bebas dan situasi yang dimanipulasikan.
e. Berdasarkan
keterlibatan pengobservasi
1. Observasi
partisipan
Observasi partisipan yaitu
observasi yang dilakukan oleh pengamat (guru), dimana pengamat ikut terlibat
dalam kegiatan subyek yang sedang diobservasi. Observasi partisipan dilaksanakan
sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya
berpura-pura. Dengan demikian, ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa
yang dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati. Misalnya seorang guru
bidang studi ingin mengetahui bagaimana antusias siswa-siswanya terhadap mata
pelajaran yang diberikan.
2. Observasi
sistematik
Observasi sistematik yaitu
observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis
dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan orbservasi partisipan,
maka dalam observasi sistematik ini, pengamat berada di luar kelompok. Dengan
demikian maka pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkari dirinya.
Misalnya seorang petugas bimbingan ingin mengetahui bagaimana antusias siswa
terhadap bimbingan karir.
3. Observasi
eksperimental.
Observasi eksperimental terjadi
jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat
mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga
situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi. Misalnya guru ingin
mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam melaksanakan suatu tugas kelompok.
f. Berdasarkan pencatatan hasil-hasil observasi
1. Observasi
berstruktur, aspek-aspek tingkah laku yang akan diobservasi telah dimuat dalam
suatu daftar yang telah disusun secara sistematis. Bentuk catatan yang
sistematis yaitu daftar chek (chek list), adalah suatu daftar yang memuat
catatan tentang sejumlah tingkah laku yang akan diobservasi. Skala bertingkat
(rating scale), adalah gejala-gejala yang akan diobservasi itu didalam
tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Kelemahan dari observasi berstruktur
ini adalah bahwa pengobservasi sangat terikat dengan daftar yang telah tersusun
sehingga ia tidak mungkin mengembangkan observasinya dengan aspek-aspek lain
yang kebetulan terjadi selama observasi berlangsung. Untuk mengatasi kelemahan
ini, dapat ditempuh dengan cara kombinasi, yaitu menggunakan suatu daftar yang
terperinci tentang tingkah laku yang diobservasi, yang dilengkapi dengan blanko
untuk mencatat tingkah laku tertentu yang muncul, yang belum terekam dalam
daftar.
2. Observasi
tak berstruktur, dalam melaksanakan observasi ini pengobservasi tidak
menyediakan daftar terlebih dahulu tentang aspek-aspek yang akan diobservasi.
Dalam hal ini pengobservasi mencatat semua tingkah laku yang dianggap penting
dalam suatu periode observasi.
4.
Kelebihan
dan Kekurangan Observasi
1. Kelebihan
Observasi
a. Merupakan alat yang langsung untuk
menyelidiki bermacam-macam gejala.
b. Untuk subjek yang diselidiki
observasi ini lebih sedikit tuntutannya.
c. Memungkinkan pencatatan yang
serempak dengan terjadinya sesuatu gejala.
d. Tidak bergantung kepada self-report.
e. Banyak kejadian-kejadian penting
tidak dapat diperoleh dengan pengamatan langsung.
2. Kekurangan Observasi
a. Banyak kejadian-kejadian yang tidak
dapat dicapai dengan observasi langsung seperti misalnya kehidupan pribadi
seseorang yang sangat rahasia.
b. Mengetahui jika diselidiki, para
observe mungkin juga untuk maksud-maksud tertentu dengan sengaja menimbulkan
kesan yang menyenangkan atau sebaliknya pada observer.
c. Timbulnya suatu kejadian tidak
selalu dapat diramalkan sehingga observer dapat hadir untuk mengobservasi
kejadian itu.
d. Tugas observasi menjadi terganggu
pada waktu-waktu ada peristiwa-peristiwa yang tidak terduga-duga, seperti
misalnya keadaan cuaca.
e. Terbatasi oleh lamanya kelangsungan
kejadian yang bersangkutan.
5.
Prinsip-prinsip
Observasi
Untuk memperoleh hasil yang baik,
seseorang yang hendak melakukan pengamatan sebaiknya memerhatikan
prinsip-prinsip pengamatan sebagai berikut.
a. Pengamatan
sebagai suatu cara pengumpulan data harus dilakukan secara cermat, jujur, dan
objektif serta terfokus pada objek yang diteliti.
b. Dalam
menentukan objek yang hendak diamati, seorang pengamat harus mengingat bahwa
makin banyak objek yang diamati, makin sulit pengamatan dilakukan dan makin
tidak teliti hasilnya.
c. Sebelum
pengamatan dilaksanakan, pengamat sebaiknya menentukan cara dan prosedur
pengamatan.
d. Agar
pengamatan lancar, pengamat perlu memahami apa yang hendak dicatat serta
bagaimana membuat catatan atas hasil
pengamatan yang terkumpul.
6.
Instrumen
yang Digunakan dalam Melakukan Observasi
Instrumen yang digunakan dalam
melakukan observasi, yaitu checklist, rating scale, anecdotal record, catatan berkala,
dan mechanical device.
a. Check
list, merupakan suatu daftar yang berisikan nama-nama responden dan faktor-
faktor yang akan diamati.
b. Rating
scale, merupakan instrumen untuk mencatat gejala menurut tingkatan-
tingkatannya.
c. Anecdotal
record, merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti mengenai kelakuan-kelakuan
luar biasa yang ditampilkan oleh responden.
d. Mechanical
device, merupakan alat mekanik yang digunakan untuk memotret peristiwa-
peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh responden.
1 komentar:
Harrah's Reno - Hotel, Casino & Spa, Reno - Mandiri
The Harrah's Reno Casino and 제주도 출장샵 Spa 상주 출장샵 is a 보령 출장샵 premier destination for entertainment and relaxation. Enjoy 오산 출장마사지 a variety of recreational 포천 출장안마 amenities including a casino, a seasonal
Posting Komentar